BARATNEWS.CO – Suasana lapangan tertutup di pesantren atau Dayah Inti Nurul Falah Meulaboh, Aceh Barat, mendadak hening. Ratusan santri yang biasanya riuh dalam interaksi, menjadi larut dalam keheningan—mata mereka berkaca-kaca memandang penuh haru ke arah satu sosok tamu dihadapannya.
Dia adalah Syech Ahmad Abdul Naseer, seorang ulama asal Palestina yang hadir bukan hanya sebagai tamu, tetapi sebagai pembawa pesan perjuangan dari tanah yang tak pernah lepas dari konflik dan luka-duka.
Dengan sorban Palestina yang melekat di pundaknya, ia berbicara pelan namun penuh daya pukau. Suasana mulai berubah, sebagian santri menunduk, tangis mulai terdengar dari beberapa sudut lapangan dayah itu.
“Anak-anak kami di Gaza belajar dalam gelap. Mereka membaca di tengah dentuman bom, dan tetap belajar ilmu pengetahuan serta menghafal ayat suci Alquran,” ujar Syech Naseer di hadapan seluruh santri saat berlangsung tausiyah di dayah setempat, Kamis (7/8/2025).
Motivasi dari Syech Naseer yang fasih berbahasa Indonesia ini bukan sekadar kata-kata. Ia menggambarkan kehidupan para pelajar di Palestina yang terus belajar di bawah ancaman bom nuklir dan hujan peluru. “Jika mereka bisa belajar dalam ketakutan, bagaimana dengan kalian yang belajar dalam damai?”
Kalimat itu menjadi semacam tamparan lembut bagi santri Nurul Falah. Sebagian dari mereka terlihat menyeka air mata, sebagian lain mengepalkan tangan seperti meneguhkan semangat baru.
Pimpinan Dayah Inti Nurul Falah, Tgk T Abdurazzak MA dalam sambutannya, menyampaikan rasa syukur atas kehadiran Syech Naseer. “Ini bukan sekadar pertemuan, tapi pelajaran yang berharga. Para santri, tentu akan menyerap semangat perjuangan dari saudara-saudara kita di Palestina,” ujarnya.
Di tengah segala kemudahan fasilitas yang dimiliki santri Nurul Falah, kisah perjuangan anak-anak Palestina menjadi cermin, bahwa menuntut ilmu bukan tentang kenyamanan, melainkan tentang niat dan keteguhan hati.
Tak ayal di lapangan tertutup pesantren itu, semangat belajar santri lahir menggebu—saat tausiyah Syech Naseer tersampaikan kepada mereka.
Suasana tak berubah hingga akhir sesi. Di penghujung tausiyah, Syech Naseer mendoakan santri agar menjadi generasi penerus yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki empati dan kepedulian global. (*)
Discussion about this post