Penulis opini: Irma, Mahasiswa Prodi KPI STAIN TDM
BARATNEWS.CO – Pernahkah kita tanpa sadar menekan tombol “bagikan” sebelum membaca isi berita sampai tuntas? Atau lebih parah, langsung percaya pada kabar yang hanya berupa tangkapan layar tanpa sumber jelas?
Nah jika jawabannya iya, berarti kita sedang berada di pusaran budaya instan yang menjadi lahan subur bagi hoaks.
Perlu diketahui, hoaks tidak hanya sekadar berita bohong. Dia adalah racun pemecah belah masyarakat, menggiring opini, bahkan memengaruhi keputusan politik dan ekonomi.
Celakanya, hoaks kerap lebih menarik dibanding kebenaran—judulnya sensasional, isinya provokatif. Dan di tengah rendahnya budaya baca, masyarakat kita seringkali menjadi sasaran empuk.
Padahal, senjata untuk melawan hoaks sebenarnya sederhana: membaca dengan tuntas dan memeriksa kebenaran informasi.
Dua hal itu mungkin terdengar remeh, tapi justru paling sering diabaikan. Kita lebih sibuk menelan informasi kilat dari pada meluangkan waktu mencari klarifikasi.
Apakah kita rela terus menerus dipermainkan oleh berita palsu? Apakah kita mau akal sehat bangsa ini terus dipermainkan oleh narasi yang dibangun pihak-pihak tak bertanggung jawab?
Jika tidak, maka saatnya kita mengubah kebiasaan: jangan berhenti di judul, telusuri isi, cek sumber, dan bandingkan dengan media kredibel.
Media arus utama pun tidak boleh abai. Harus menjadi benteng terakhir dengan menghadirkan jurnalisme yang akurat, bukan sekadar cepat.
Sementara pemerintah dan lembaga pendidikan perlu lebih gencar menanamkan literasi digital sejak sekolah dasar.
Hoaks hanya bisa dikalahkan jika masyarakat berani kritis dan disiplin membaca.
Penulis mengajak masyarakat untuk saling mengingatkan: klik sebelum berpikir bisa merugikan orang lain, tapi membaca dan cek fakta bisa menyelamatkan banyak orang. (*)
Discussion about this post