GAYO LUES | BARATNEWS.CO – Senyum lebar menghiasi wajah Ruwaidawati (32), salah satu guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Gayo Lues, saat ia bercerita tentang pengalamannya mengajar di kelas digital.
Sejak 2018, lulusan Universitas Negeri Medan (UNIMED) itu mengabdikan diri di madrasah yang berjarak sekitar 11 jam perjalanan darat dari Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh.
Awalnya ia masuk sebagai tenaga honorer, lalu sejak 2023 ditetapkan sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Bagi Ruwaidawati, peralihan dari metode manual ke digital bukanlah hambatan, melainkan peluang untuk mempermudah proses belajar mengajar.
“Sebetulnya sama saja dengan manual, Pak. Bedanya, dengan digital interaksi dengan orang tua lebih intensif, cara mengajar lebih mudah, dan pemberian tugas maupun feedback bisa dilakukan meski siswa berada di rumah,” ucap dia kepada Kepala Kanwil Kemenag Aceh, Azhari, saat berkunjung ke MTsN 1 Gayo Lues, Kamis (18/9/2025).
Meski begitu, kendala teknis tetap ada. “Kadang koneksi lambat, aplikasi susah dibuka, atau mati lampu. Itu yang jadi kendala utama,” kata Ruwaidawati.
Namun ia mengaku tetap bersyukur karena fasilitas yang tersedia sudah sangat membantu. “Alhamdulillah, enak mengajar di sini. Kita pergunakan fasilitas yang ada sehingga aktivitas belajar bisa lancar,” tambahnya.
Tak hanya soal teknologi, Ruwaidawati juga menekankan karakter siswanya yang menyenangkan. “Anak-anak di sini patuh, jadi suasana belajar terasa lebih nyaman,” ujarnya sambil tersenyum.
Kepala MTsN 1 Gayo Lues, Sadri, mengakui sistem kelas digital membawa banyak manfaat. Salah satunya, orang tua bisa ikut memantau perkembangan anak di sekolah karena mereka juga mendapat akun khusus. “Itu menjadi salah satu pendorong untuk memotivasi anak-anak,” jelasnya.
Sadri menuturkan, pihaknya terus meningkatkan kapasitas internet setiap tahun seiring bertambahnya jumlah siswa.
Sementara itu, Kakanwil Kemenag Aceh, Azhari, menegaskan bahwa digitalisasi pendidikan harus terus dikembangkan. Guru dituntut untuk siap beradaptasi dengan perubahan.
“Kita mesti terus belajar dan menggali informasi agar tidak tertinggal oleh perkembangan ilmu,” ujarnya.
Menurut Azhari, digitalisasi sejalan dengan program Kemenag untuk mewujudkan pendidikan unggul, ramah, dan terintegrasi. “Dengan dedikasi guru dan kemampuan beradaptasi, proses belajar akan lebih efektif dan menyenangkan,” katanya.
Kunjungan Azhari ke Gayo Lues sendiri juga diisi dengan beberapa agenda lain, di antaranya peluncuran Wakaf Tunai, pemantauan program 15 menit bersama Al-Qur’an, Rakor Wilayah II Pokjaluh Aceh, serta sejumlah kegiatan lainnya. (*)
Discussion about this post