MEULABOH | BARATNEWS.CO — Pemerintah Kabupaten Aceh Barat bersama Kementerian Agama RI, Universitas Teuku Umar, dan Pemerintah Trengganu Malaysia menggelar Seminar Internasional on West Aceh Sharia Tourism 2025 and Visit Malaysia 2026. Kegiatan seminar bertema “Wisata Syariah dan Tantangannya” ini berjalan sukses hingga akhir sesi.
Kegiatan yang berlangsung di Parside Meuligo Hotel, Meulaboh, Senin (13/10/2025), diselenggarakan bertepatan dengan peringatan HUT ke-437 Meulaboh, menjadi langkah awal kerja sama dua daerah dalam memperkuat konsep wisata berbasis syariat Islam.
Sejumlah narasumber dari Malaysia turut hadir, di antaranya Dato Hj Mohd Yusof Abdullah (CEO Royal Terengganu Institute of Heritage and Legal Studies), Pn Rosalina Abdul Rahim (Pengarah Tourism Malaysia Medan), Hj Mohd Fadhil bin Wahab (Pengurus Besar Taman Tamadun Islam Management Berhad).
Kemudian Dr. Rais Abdullah (Pengerusi Persatuan Bio-Natural Malaysia), Zohaime Muhamad Som (CEO Majlis Agama Islam Melaka Holding Berhad), dan Hj Ahmad Ramzi Abd Rahman (Direktur Quinara Holding Berhad).
Bupati Aceh Barat, Tarmizi, SP, MM., menyebutkan seminar ini menjadi momentum penting untuk menata arah baru pariwisata Aceh Barat agar selaras dengan nilai-nilai Islam. Ia menilai, pengembangan wisata harus berjalan beriringan dengan penerapan syariat.
“Pemerintah ingin memastikan geliat ekonomi dan wisata tumbuh tanpa keluar dari koridor syariat Islam,” ujar Bupati Tarmizi.
Tarmizi menjelaskan, pemerintah daerah sebelumnya telah bermusyawarah dengan para ulama, dan menyepakati bahwa kegiatan wisata, olahraga, serta hiburan dapat dilaksanakan selama tidak bertentangan dengan hukum Islam.
“Keramaian dalam kegiatan wisata justru menjadi peluang bagi masyarakat untuk bergerak secara ekonomi. Yang penting, semuanya tetap terarah dan bernilai ibadah,” kata Tarmizi.
Ia menambahkan, Trengganu menjadi contoh nyata keberhasilan penerapan wisata syariah yang tetap modern dan menarik bagi wisatawan.
“Trengganu membuktikan bahwa penerapan syariat tidak menutup pintu wisata, justru menjadi daya tarik tersendiri yang membawa kemajuan dan ketertiban,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Aduwina Pakeh mengatakan, kegiatan ini merupakan hasil komunikasi panjang dengan Kementerian Pelancongan Malaysia. Gagasan kerja sama ini, kata dia, berawal dari pertemanannya dengan pelaku pariwisata asal Trengganu, Md Azmi bin Abdul Aziz, sejak menempuh pendidikan S2 di Malaysia pada 2012 lalu.
“Dari komunikasi itulah muncul berbagai ide, termasuk pertukaran pelajar antara Aceh Barat dan Malaysia yang baru-baru ini berhasil membawa delapan medali bagi pelajar Aceh Barat,” ungkapnya.
Ia berharap, seminar ini dapat menjadi landasan untuk merancang peta jalan (roadmap) pengembangan wisata syariah di Aceh Barat yang tidak hanya berorientasi pada keindahan alam, tetapi juga menghidupkan nilai spiritual, sosial, dan budaya lokal.
“Kami ingin Aceh Barat menjadi destinasi wisata yang religius, maju secara ekonomi, dan tetap berpegang pada kearifan Islam,” ujarnya. (*)
Discussion about this post