RIYADH | BARATNEWS.CO – Meningkatnya kekerasan di wilayah Palestina dan Lebanon, termasuk agresi brutal Israel di Palestina dan Lebanon, telah memaksa para pemimpin Arab dan Islam untuk mengambil tindakan segera.
Prioritas utama meliputi penghentian agresi, perlindungan warga sipil, pemberian dukungan kepada rakyat Palestina dan Lebanon, penyatuan posisi, dan pemberian tekanan kepada masyarakat internasional untuk mengambil langkah tegas guna mengakhiri serangan yang sedang berlangsung dan membangun perdamaian dan stabilitas abadi di kawasan tersebut.
Mengingat peran historis Arab Saudi dalam melayani Islam dan Muslim, dan komitmennya untuk membela perjuangan Arab dan Islam, khususnya perjuangan Palestina, Kerajaan, di bawah kepemimpinan Penjaga Dua Masjid Suci Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dan Yang Mulia Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud, Putra Mahkota dan Perdana Menteri, telah menyerukan agar diadakan pertemuan puncak Arab-Islam di Arab Saudi pada 11 November 2024.
KTT tersebut menugaskan para menteri luar negeri Arab Saudi, Yordania, Mesir, Qatar, Turki, Indonesia, Nigeria, Palestina, dan negara-negara lain yang berkepentingan, bersama dengan sekretaris jenderal Liga Arab dan OKI, untuk memulai tindakan internasional segera yang berupaya menghentikan perang di Gaza dan tekanan untuk proses politik yang serius guna mencapai perdamaian yang langgeng dan menyeluruh berdasarkan prinsip-prinsip yang diakui secara internasional.
Komite Menteri yang Ditugaskan oleh KTT Luar Biasa Arab dan Islam Bersama Menggalang Dukungan untuk Palestina.
Menanggapi krisis yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, Komite Menteri yang dibentuk selama KTT Luar Biasa Arab dan Islam telah memulai serangkaian hubungan diplomatik dengan para pemimpin dan pejabat dunia, yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan internasional untuk gencatan senjata segera, perlindungan warga sipil, dan pemulihan layanan penting ke Jalur Gaza yang terkepung.
Selama pertemuan mereka, anggota komite menekankan kebutuhan mendesak untuk menghentikan agresi militer Israel, yang telah menyebabkan pengungsian banyak warga Palestina dan penghancuran infrastruktur penting, dan menyerukan pembentukan koridor yang aman untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan dan pasokan medis.
Para anggota komite mengutuk keras pelanggaran Israel yang terus berlanjut terhadap hukum internasional dan norma-norma kemanusiaan, termasuk penolakan hak-hak dasar seperti akses terhadap air, listrik, dan kebebasan bergerak.
Mereka menegaskan kembali dukungan mereka yang tak tergoyahkan terhadap hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan pembentukan negara Palestina yang merdeka berdasarkan perbatasan 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Mereka menegaskan perlunya menghidupkan kembali proses perdamaian untuk memastikan perdamaian yang adil, abadi, dan menyeluruh, dan mendukung pembentukan negara Palestina yang berdaulat.
Pada tanggal 15 Desember 2023, di Oslo, ibu kota Norwegia, anggota komite mengadakan pertemuan resmi dengan Perdana Menteri Jonas Gahr Støre dan menteri luar negeri Norwegia, Denmark, Swedia, Finlandia, Islandia, Belanda, Belgia, dan Luksemburg, di mana mereka menyerukan tindakan mendesak untuk mengatasi pelanggaran berat yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina, dengan menekankan perlunya meminta pertanggungjawaban pasukan pendudukan atas pelanggaran hukum internasional dan norma kemanusiaan yang terus mereka lakukan di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur.
Pada tanggal 29 Mei 2024, anggota komite menyampaikan rasa terima kasih atas pengakuan Kerajaan Spanyol terhadap Negara Palestina, dan menegaskan kembali komitmen mereka untuk memberikan dukungan komprehensif guna melanjutkan pengakuan negara Palestina dan memastikan bahwa hak-hak rakyat Palestina ditegakkan.
Pada tanggal 22 September 2024, anggota komite mengadakan rapat koordinasi di New York, menjelang minggu tingkat tinggi sesi ke-79 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk menyusun strategi dalam mengintensifkan upaya Arab dan Muslim selama majelis, dengan fokus pada memajukan pengakuan negara Palestina dan menegakkan hak-hak rakyat Palestina untuk mendirikan negara mereka yang merdeka dan berdaulat di sepanjang perbatasan 4 Juni 1967, dengan Yerusalem yang diduduki sebagai ibu kotanya.
Pada tanggal 27 September 2024, pertemuan tingkat menteri mendesak Liga Arab dan OKI berlangsung bersamaan dengan sesi ke-79 Minggu Tingkat Tinggi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York.
Tujuan dari pertemuan tersebut adalah untuk mengatasi eskalasi serangan militer Israel terhadap Negara Palestina dan Republik Lebanon.
Para peserta membahas strategi untuk mengintensifkan upaya Arab dan Muslim dalam komunitas internasional, khususnya untuk terlibat dengan anggota tetap Dewan Keamanan.
Sasaran mereka adalah untuk mengamankan penghentian segera agresi Israel terhadap Palestina dan Lebanon, dan untuk melindungi kawasan tersebut dari potensi perluasan konflik, yang dapat membahayakan perdamaian dan keamanan regional dan global.
Pertemuan tersebut juga membahas cara-cara untuk memperkuat aksi bersama Arab dan Muslim guna memfasilitasi pembentukan negara Palestina yang merdeka, terutama mengingat pengumuman terkini mengenai Aliansi Internasional untuk Pelaksanaan Solusi Dua Negara dan resolusi-resolusi internasional yang relevan. Mengingat agresi brutal Israel yang sedang berlangsung di wilayah Palestina yang diduduki, yang kini telah meluas hingga mencakup serangan terhadap Republik Lebanon, yang mengancam kedaulatan dan integritas teritorialnya, KTT Luar Biasa Arab dan Islam dijadwalkan akan diselenggarakan besok di Riyadh.
Discussion about this post